ExposSumbar , PADANG - Adanya informasi yang menyebar di jejaring media sosial terkait aksi bakar 1000 lilin di Tugu Gempa pada Senin (15/5...
ExposSumbar, PADANG - Adanya informasi yang menyebar di jejaring media sosial terkait aksi bakar 1000 lilin di Tugu Gempa pada Senin (15/5) kemarin, pukul 20.00 WIB bisa dikategorikan dianggap telah membuat suatu keresahan, memprovokasi dan bisa memecah belah kerukunan hidup berdampingan satu sama lainnya di Kota Padang yang selama ini selalu damai, aman terjaga dengan baik.
"Anggota DPRD Kota Padang Maidestal Hari Mahesa mengatakan adanya kejadian yang sudah kedua kalinya ini, dengan undangan yang beredar dalam Facebook bertemakan Padang Peduli NKRI yang akan mengadakan aksi bakar 1000 lilin untuk NKRI damai. Menurutnya dengan aksi tersebut itulah sebenarnya yang bisa membuat perpecahan, kerusuhan di NKRI ini, bukan lagi aksi peduli NKRI," ujar Hesa saat ditemui, Selasa(16/5) diruangkerjanya.
Jika memang itu ada kaitannya dengan permasalahan di Jakarta dengan alasan peduli untuk NKRI, tegakkan keadilan, seharusnya permasalahan gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tersebut biarlah ranah hukum yang melakukan pekerjaannya, proses hukumnya kan sudah berjalan. Jika mau dilanjutkan, apakah mau banding, kasasi atau ke Pengadilan Tinggi terserah saja. Karena berbicara NKRI, didalamnya ada ranah hukum, jadi biar pihak berwenang yang bertindak. Lagi pula apa sih yang telah pernah diperbuat gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) untuk Kota Padang.
"Karena tidak seharusnya jika permasalahan gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di bawa - bawa ke daerah kita di Kota Padang. Apa sih tujuannya, padahal permasalahan itu di Jakarta bukan di Kota Padang, " sebutnya.
Kemudian kata Hesa, pihak Kepolisan harusnya bisa mengusut lebih dalam apa tujuan dan kepentingan dengan aksi bakar lilin yang ingin digelar di Kota Padang. Seperti aksi pertama yang dilakukan seorang wanita berhijab pakai kaca mata diketahui bernama Nurul Indra. Terlihat sejumlah foto yang di unggah di akun Facebooknya yang aksi tersebut berada di Jalan Perintis (Jati) depan RSUP DR M Djamil Padang pada pukul 20.32 WIB Sabtu (13/5) lalu.
"Aksi tersebut kata Hesa, sah - sah saja sudah memancing kekeruhan di Kota Padang, terjadi hujatan ribuan komentar yang sangat banyak atas aksi yang dilakukan wanita itu. Dan diketahui pula bahwa wanita berhijab itu ternyata bukanlah orang Padang Sumatera Barat. Inikan sudah tidak lazim, seperti ingin membuat kerusuhan, memecah belah masyarakat Kota Padang, " tegas Hesa.
Kemudian timbul lagi dimedia sosial undangan aksi bakar lilin di Tugu Gempa, yang secara spontan dari Ormas - ormas, Organisasi Kepemudaan(OKP) di Kota Padang mengambil langkah dengan mendatangi pihak kepolisian untuk mempertanyakan aksi yang akan digelar. Hal itu karena efek dari aksi yang pernah dilakukan sebelumnya dan mereka tidak ingin kecolongan.
Dan hasilnya jelas jelas Kapolda Sumbar, Kapolresta Padang melarang hal itu karena tidak ada izin serta antisipasi agar tidak terjadi gejolak di Kota Padang. Kita juga apresiasi dengan langkah yang diambil Satpol PP, Ormas dan pihak keamanan dalam menyikapi hal tersebut.
Maidestal Hari Mahesa juga mengatakan pada Senin( 15/5) malam tersebut dirinya berada dilokasi yang akan dilakukan aksi bakar 1000 lilin di Tugu Gempa. Seperti diketahui, dari informasi yang beredar sebelum malam itu, bahwa aksi bakar lilin dikoordinatori Fernando Ade Simanjuntak. Dengan estimasi massa sebanyak 50-100 orang dan digalang oleh Yayasan Prayoga. Setelah dilakukan penelusuran, ternyata berita tersebut tidak benar, " kata Hesa.
Lebihlanjut disampaikan pada malam itu juga Wakil Ketua Yayasan Prayoga, Popi Fransiska langsung datang ke lokasi yang juga didampingi sembilan orang perwakilan dari Indonesia Syam Muslim Care dengan Korlap Abdul Haris Anshori bertujuan mengklarifikasi bahwa informasi pemasangan lilin adalah berita bohong dan bukan dari Yayasan Prayoga.
"Para staf dan para guru pun dilarang, tidak benar ada mereka akan lakukan aksi bakar lilin di Tugu Gempa. Pihak yayasan juga tidak ingin terjadi kerusuhan di Kota Padang, karena para siswanya juga ada yang dari muslim. Bahkan pihak yayasan sendiri meminta pada kepolisian untuk mengawal agar hal itu tidak terjadi dan meminta kepada masyarakat Kota Padang untuk selalu menjaga diri agar jangan terpancing dengan isu-isu negatif yang dapat memecah belah kerukunan masyarakat Kota Padang, Sumatera Barat," ungkapnya.(BI)
COMMENTS