Wawako Erwin Yunaz saat menjadi pembina upacara dalam rangka HUT PGRI ke 74 Tahun Payakumbuh - Wakil Wali Kota Erwin Yunaz menjadi pembina ...
Wawako Erwin Yunaz saat menjadi pembina upacara dalam rangka HUT PGRI ke 74 Tahun |
Payakumbuh - Wakil Wali Kota Erwin Yunaz menjadi pembina upacara dalam rangka menyambut hari ulang tahun Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) ke 74 dan hari guru nasional (HGN) tahun 2021 yang digelar di lapangan SMAN 2 Payakumbuh, Kamis (25-11-2021).
Upacara bertema "Bangkit Guruku, Maju Negeriku, Indonesia Maju, Indonesia Tumbuh" itu dikomandoi oleh guru SDN 31 Payakumbuh Heriyedi Efendi, perwira upacara Guru SMAN 3 Payakumbuh Busry Alzi, dengan Paskibra, Paduan Suara, dan Korsik dari SMAN 2 Payakumbuh binaan Kepala Sekolah Irma Takarina.
Pembaca pembukaan UUD 1945 Guru SMPN 3 payakumbuh dan Ranti Asri Lestari dan Guru SMPN 1 Payakumbuh Ifan Darmawan.
Turut mengikuti jalannya acara sakral bagi insan pendidikan itu Kepala Dinas Pendidikan Dasril, Kasi Madrasah Kemenag Jufrimal, kepala serta majelis guru SLTA, SLTP, SD, dan Madrasah negeri/swasta se Kota Payakumbuh.
Erwin Yunaz membacakan pidato Menteri Pendidikan Budaya Riset Dan Teknologi Nadiem Makarim dalam upacara berlangsung khidmat itu. Adapun isinya adalah tahun lalu adalah tahun yang penuh ujian membuat semuanya tersandung dengan adanya pandemi. Guru dari Sabang sampai Merauke terpukul secara ekonomi, terpukul secara kesehatan, dan terpukul secara batin.
Guru mau tidak mau mendatangi rumah-rumah pelajar untuk memastikan mereka tidak ketinggalan pelajaran. Guru mau tidak mau mempelajari teknologi yang belum pernah mereka kenal. Guru mau tidak mau menyederhanakan kurikulum untuk memastikan murid mereka tidak belajar di bawah tekanan. Guru di seluruh Indonesia menangis melihat murid mereka semakin hari semakin bosan, kesepian, dan kehilangan disiplin. Tidak hanya tekanan psikologis karena Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), banyak guru mengalami tekanan ekonomi untuk memperjuangkan keluarga mereka agar bisa "makan".
"Sangat wajar jika dalam situasi ini banyak guru yang terdemotivasi. Tapi ternyata ada fenomena yang tidak terkira. Kita tidak mendengar kata "putus asa," kata Erwin Yunaz.
Lebih lanjut, kata Erwin, guru terus memiliki gagasan terobosan-terobosan yang mereka inginkan di sekolah mereka. Semangat membahas platform teknologi yang cocok dan tidak cocok untuk mereka. Dengan penuh percaya diri, mereka memuji dan mengkritik kebijakan dengan hati nurani mereka.
"Di situlah saya baru menyadari bahwa pandemi ini tidak memadamkan semangat para guru, tapi justru menyalakan obor perubahan. Guru-guru se-Indonesia menginginkan perubahan, dan kami mendengar," kata Erwin.
Guru se-Indonesia menginginkan kesempatan yang adil untuk mencapai kesejahteraan yang manusiawi. Guru se-Indonesia menginginkan akses terhadap teknologi dan pelatihan yang relevan dan praktis. Guru se-Indonesia menginginkan kurikulum yang sederhana dan bisa mengakomodasi kemampuan dan bakat setiap murid yang berbeda-beda.
Guru se-Indonesia menginginkan pemimpin-pemimpin sekolah mereka untuk berpihak kepada murid, bukan pada birokrasi. Guru se-Indonesia ingin kemerdekaan untuk berinovasi tanpa dijajah oleh keseragaman.
"Sejak pertama kali dicetuskan, sekarang Merdeka Belajar sudah berubah dari sebuah kebijakan menjadi suatu gerakan. Contohnya, penyederhanaan kurikulum sebagai salah satu kebijakan Merdeka Belajar berhasil melahirkan ribuan inovasi pembelajaran. Gerakan ini makin kuat karena ujian yang kita hadapi bersama. Gerakan ini tidak bisa dibendung atau diputarbalikkan, karena gerakan ini hidup dalam setiap insan guru yang punya keberanian untuk melangkah ke depan menuju satu tujuan utama, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa," tandas Erwin.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh Dasril menyampaikan PGRI Kota Payakumbuh juga bakal menggelar beberapa kegiatan lomba dalam rangka menyambut HUT PGRI ke 74 tahun. (Her)
COMMENTS