eXpos Sumbar – Pada tahun 2024, Sumatera Barat menghadapi tantangan besar terkait peningkatan angka kemiskinan yang dipicu oleh beberapa faktor, termasuk dampak bencana alam.
Bencana yang terjadi di tahun 2024
tidak hanya merusak infrastruktur dan lingkungan, tetapi juga berdampak buruk
pada perekonomian masyarakat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS),
jumlah penduduk miskin di Sumatera Barat pada tahun 2024 tercatat sekitar
345.730 jiwa, meningkat 5.360 jiwa dibandingkan tahun 2023.
Meskipun Sumatera Barat dikenal
dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah serta destinasi wisata yang
populer, masalah ekonomi yang melibatkan rendahnya pendapatan, terbatasnya
lapangan pekerjaan, dan lambatnya pertumbuhan ekonomi turut menjadi penyebab
utama tingginya angka kemiskinan.
Kali ini eXpos Sumbar akan membahas
tujuh daerah di Sumatera Barat dengan angka kemiskinan tertinggi pada tahun
2024.
1.
Kabupaten Pasaman
Pada tahun 2024, angka kemiskinan di
Kabupaten Pasaman tercatat sebesar 6,74%, dengan sekitar 20.100 jiwa masyarakat
yang hidup di bawah garis kemiskinan. Meskipun ada penurunan angka persentase
dibandingkan tahun sebelumnya (6,80%), jumlah masyarakat miskin justru
mengalami peningkatan.
Kabupaten Pasaman memiliki berbagai
komoditas unggulan di sektor pertanian dan perkebunan, seperti padi, karet,
jagung, kakao, gambir, dan kacang tanah. Namun, sektor-sektor ini masih belum
cukup efektif dalam mengurangi tingkat kemiskinan yang ada.
2.
Kabupaten Agam
Angka kemiskinan di Kabupaten Agam
pada tahun 2024 meningkat menjadi 6,83%, atau sekitar 34.820 jiwa. Angka ini
lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2023 yang tercatat 6,60% atau sekitar
33.410 jiwa.
Kabupaten Agam memiliki komoditas
unggulan seperti kelapa sawit, kelapa, kakao, gambir, dan cabai merah. Meskipun
cabai merah menjadi salah satu komoditas utama yang berperan penting dalam
pasar lokal dan regional, hal ini belum mampu menurunkan angka kemiskinan yang
terus meningkat.
3.
Kabupaten 50 Kota
Kabupaten 50 Kota pada tahun 2024
mengalami sedikit kenaikan dalam angka kemiskinan, yaitu mencapai 6,92% atau
sekitar 27.720 jiwa. Ini merupakan kenaikan dari 6,80% pada tahun 2023 dengan
jumlah penduduk miskin sebanyak 27.020 jiwa.
Kabupaten ini mengandalkan sektor
pertanian dengan komoditas utama seperti padi, jagung, ubi kayu, gambir, dan
ayam ras petelur. Namun, peningkatan angka kemiskinan menunjukkan bahwa sektor
pertanian yang dominan belum cukup efektif dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
4.
Kabupaten Pasaman Barat
Kabupaten Pasaman Barat mencatatkan
angka kemiskinan sebesar 7% pada tahun 2024, dengan jumlah penduduk miskin
sekitar 34.600 jiwa. Ini merupakan peningkatan dari tahun sebelumnya, yaitu
6,92% atau 33.520 jiwa.
Meskipun perkebunan sawit merupakan
komoditas utama yang menyokong perekonomian masyarakat, angka kemiskinan tetap
tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa masalah sosial dan ekonomi di Pasaman Barat
masih perlu perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat setempat.
5.
Kabupaten Solok
Angka kemiskinan di Kabupaten Solok
pada tahun 2024 tercatat sebesar 7,31%, dengan sekitar 28.180 jiwa yang hidup
di bawah garis kemiskinan. Kabupaten ini dikenal sebagai pusat penghasil beras
terbesar di Sumatera Barat, dengan produk unggulan yang dikenal dengan nama "Bal
Solok". Namun, meskipun sektor pertanian di daerah ini cukup maju, angka
kemiskinan yang tinggi menunjukkan adanya ketimpangan dalam distribusi ekonomi
di Kabupaten Solok.
6.
Kabupaten Pesisir Selatan
Kabupaten Pesisir Selatan pada tahun
2024 mengalami sedikit kenaikan angka kemiskinan, dari 7,34% pada 2023 menjadi
7,49%, dengan sekitar 36.050 jiwa yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Sebagian besar masyarakat di Kabupaten Pesisir Selatan bergantung pada sektor
pertanian tradisional dengan produktivitas yang rendah. Ketergantungan pada
pola tanam musiman dan kurangnya pengembangan teknologi di sektor pertanian
membuat pendapatan masyarakat tidak stabil, sehingga angka kemiskinan tetap
tinggi.
7.
Kabupaten Kepulauan Mentawai
Kabupaten Kepulauan Mentawai, yang
terkenal dengan keindahan alam dan budaya, mencatatkan angka kemiskinan
tertinggi di Sumatera Barat pada tahun 2024. Persentase penduduk miskin di
Mentawai meningkat dari 13,72% pada tahun 2023 menjadi 13,89% pada tahun 2024.
Faktor inflasi yang memperburuk daya beli masyarakat serta keterbatasan akses terhadap kebutuhan dasar membuat situasi kemiskinan semakin parah. Kabupaten Mentawai saat ini termasuk dalam program prioritas penanggulangan kemiskinan ekstrem dari pemerintah pusat, yang mencakup stabilitas harga kebutuhan pokok dan penguatan daya beli masyarakat.
Meskipun Sumatera Barat kaya akan
sumber daya alam dan memiliki banyak destinasi wisata menarik, kenyataannya tingkat
kemiskinan di beberapa daerah di provinsi ini tetap tinggi. Berbagai faktor,
termasuk ketergantungan pada sektor pertanian tradisional, lambatnya
pertumbuhan ekonomi, dan ketidakmerataan distribusi hasil pembangunan, masih
menjadi tantangan besar bagi masyarakat.
Pemerintah dan masyarakat harus
bekerja sama untuk menciptakan solusi yang lebih efektif guna mengurangi angka
kemiskinan, seperti meningkatkan akses pendidikan, pengembangan sektor ekonomi
lokal, serta pemanfaatan teknologi di bidang pertanian dan industri. Dengan
langkah yang tepat, diharapkan Sumatera Barat bisa keluar dari permasalahan ini
dan memberikan kesejahteraan yang lebih baik bagi seluruh lapisan masyarakat.
(windi)